Kiko dan Pak Trenggiling: Menumbuhkan Sikap Simpati Pada Anak – Generasi Z adalah mereka yang dianggap akan mampu menghadapi persaingan ketat di era digital. Penilain itu terlahir dari penelitian dari para profesional akan sikap yang mereka tunjukan. Mereka akan hidup berdampingan dengan kecanggihan teknologi. Bahkan akan memanfaatkannya untuk menghasilkan keuntungan dua kali lipat lebih banyak. Namun, dalam perjalanan Generasi Z tidak hanya berdiri sendiri.
Kesempurnaan terjadi pada generasi setelahnya. Yaitu mereka yang lahir tahun 2000. Inilah Generasi Alpha dan kecanggihan yang akan dibawa. Beberapa sumber menyatakan bahwa Generasi Alpha terlahir di saat perkembangan masih berada di puncaknya. Mereka sudah mengenal teknologi sejak dini. Bahkan banyak dari mereka yang sudah belajar mengenai pengoperasian komputer.
Ketika sikap tersebut dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Terjadi perbedaan yang cukup mencolok. Dimana generasi ini lebih mudah menangkap perbedaan dan mereka tak menganggap hal itu sebagai ancaman. Mereka berani mengatakan apa yang menurutnya tidak sesuai. Tepat, konsep ini yang kemudian membuatnya berdiri di generasi vocal.
Tidak heran jika sekarang mulai banyak dari mereka yang berani membuat bisnis judi online. Generasi Alpha juga akan membuat teknologi berpihak padanya. Hal ini ditunjukan dari sikap mereka dalam memanfaatkan teknologi dalam membuat permainan judi di agen bola dapat dimainkan secara online. Sehingga, jangan heran jika banyak dari anak muda yang sudah tahu akan jalan yang ingin ia lakukan.
Pengenalan Buku Anak Kiko dan Pak Trenggiling
Jika dipertanyakan bagaimana dengan minat baca anak di era sekarang? banyak riset mengungkap bahwa mereka lebih senang bermain game sekaligus nonton video. Minat baca anak mengalami penurunan. Namun, apakah tidak ada solusi lain untuk kembali menumbuhkannya? Tentu saja ada. Kembali pada pemanfaatan teknologi itu sendiri.
Apalagi sekarang banyak platform perpustakaan online. Anak bisa dengan mudah membaca berbagai genre buku hanya dalam satu genggaman. Sebab, bagaimanapun mereka membutuhkan nilai tambah sebagai kesiapan mental. Misalnya saja, buku anak yang berjudul Kiko dan Pak Trenggiling. Sesuai judulnya buku anak fiksi ini bercerita mengenai Kiko (seekor kelinci) dengan Pak Trenggiling.

Suatu hari Kiko bersama bapak dan ibunya memutuskan untuk berlibur. Namun, karena Kiko penasaran dengan sebuah ladang dengan semangat ia menghampirinya. Tetapi, Kiko terpelosok hingga masuk ke lubang. Kiko merasa takut karena terpisah dari orang tua. Belum lagi lubang tersebut terlalu gelap menurutnya. Kelinci kecil ini berusaha untuk keluar. Sampai pada akhirnya seorang trenggiling tua menghampiri.
Awalnya, Pak Trenggiling terkaget oleh kehadiran kelinci. Setelah melewati banyak pertimbangan dan Kelinci menjelaskan semuanya. Pak Trenggiling merasa iba dan memutuskan menolong anak kelinci itu. Meskipun tak mudah untuk melepas kelinci dari lubangnya. Pak Trenggiling tetap berusaha yang terbaik. Akhir cerita berakhir bahagia karena kelinci bisa kembali berkumpul dengan keluarganya. Tidak hanya itu sekarang Pak Trenggiling lebih mengenal keluarga kelinci yang berhati hangat.
Alur cerita mudah diikuti, gaya penulisan juga langsung pada inti membuat anak akan mudah memahami. Pemilihan konflik sederhana menjadikan buah hati lebih mudah memahami ceritanya. Hingga pesan spesifik bisa diterima oleh pembaca. Belum lagi banyaknya gambar akan membantu anak dalam membentuk imajinasi. Lebih menyenangkan, ketika orang tua memiliki cukup waktu untuk membacakan buku anak ketika mereka pergi tidur. Ajak mereka bicara mengenai apa sebenarnya yang ingin buku sampaikan padanya. Buku karya Kinanti R tersebut juga tersedia dalam dua versi.